Selasa, 01 September 2015

KISAH KISAH WANITA ABORSI

0

antifreesexmovement 

Kisah Wanita-Wanita yang Terbunuh karena Aborsi (Pelajaran dari Amerika)

Jangan Lupa Baca Sampai Beres;)

MENINGGAL: Michelle Madden, umur 18 tahun
Michelle Madden, 18, seorang mahasiswi, baru saja mengikuti kuliah tahun pertama saat ia dinyatakan
hamil. Michelle memutuskan untuk melakukan aborsi setelah dokter yang menanganinya mengatakan
bahwa obat epilepsi (sakit ayan) yang diminumnya kemungkinan akan membuat bayinya cacat. Dokter
kandungan Evans melakukan tindakan aborsi di Family Planning Medical Centre of Mobile, di negara
bagian Alabama, Amerika Serikat. Tiga hari setelah aborsi dilakukan, Michelle pingsan dan harus
dilarikan ke rumah sakit. Lewat pemeriksaan menyeluruh, dokter menemukan tulang kaki, dua potongan
tengkorak bayi dan beberapa potongan plasenta di rahim Michelle. Ia meninggal setelah dirawat 3 hari di
rumah sakit karena infeksi darah yang merupakan akibat dari aborsi yang dilakukannya. Orang tua
Michelle membawa Dokter Evans ke pengadilan dengan tuduhan malpraktek. Juri memenangkan kasus
ini dan memberikan US$ 10 juta kepada orangtua Michelle sebagai pengganti anaknya.
(dari koran The Mobile Press Register, 6/6/1991 dan 19/6/1991)
MENINGGAL: Mary Pena, usia 43 tahun
6
Mary Pena, usia 43 tahun, ibu dari 5 orang anak, meninggal setelah ia melakukan aborsi saat
kandungannya memasuki trisemester kedua. Ia meninggal di Rumah Sakit San Vicente, Los Angeles,
Amerika Serikat, di bulan Desember 1984. Saat Mary mengalami pendarahan hebat paska aborsi, dokter
bedah memutuskan untuk mengangkat kandungannya. Setelah operasi kedua dilakukan, Mary masih
mengalami pendarahan dan akhirnya mengalami shock. Dokter bedah tak mampu untuk menghentikan
pendarahanyang terjadi, Mary meninggal di atas meja operasi.
Menurut hasil otopsi, Mary meninggal karena rahim yang koyak sebagai akibat dari aborsi yang
dijalaninya. Dokter otopsi mengatakan rahim Mary disayat sebegitu lebarnya, padahal di rahim itu terjadi
pendarahan. Dokter bedah telah memotong hampir 2 kilo daging Mary. Tubuh bayi perempuan Mary
yang berusia 22 minggu dengan kepala telah terpotong, juga ditemukan di dalam rahim Mary.
(Laporan Los Angeles County Coroner no. 84-16016 ; sumber: Feminists for Life)
Banyak wanita yang cedera atau pun terbunuh karena aborsi, lebih banyak dari yang Anda sadari.
Mereka yang mengalaminya, termasuk juga keluarga mereka, telah memenangkan kasusnya di
pengadilan. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mendapatkan cedera atau terbunuh saat aborsi,
Anda harus mencari bantuan hukum segera. Jangan biarkan kasus ini menguap.
Berikut ini adalah beberapa potongan kejadian nyata yang diambil dari buku ‘Lime 5: The Abortion
Industry on Trial’ karangan Mark Crutcher, setebal 318 halaman yang menguak lebar industri aborsi di
Amerika Serikat. Dalam buku itu dipaparkan kejadian-kejadian yang dialami para wanita yang melakukan
aborsi – ada yang diperkosa, dilecehkan, terluka bahkan terbunuh.. (terjemahan bebas dari situs Pro-Life
Amerika Serikat)
Halaman 25 dari Lime 5: Kematian Margaret. Pada 2 Juni 1989, Margaret melakukan tindakan aborsi
yang ditangani seorang dokter (disamarkan sebagai John Roe 295). Setelah selesai, Margaret merasa
sakit perut dan terjadi pendarahan. Ia lalu melaporkan keadaannya kepada dokter, tetapi tidak
disarankan untuk melakukan pengobatan lanjut. Dua hari kemudian, Margaret mencari bantuan medis
lain atas inisiatifnya sendiri. Tenaga medis itu menemukan potongan janin dan rahim yang koyak.
Margaret lalu menjalani kuretasi yang dilanjutkan dengan pengangkatan seluruh kandungannya karena
infeksi telah menyebar. Sayangnya, apapun yang dilakukan terhadap Margaret telah terlambat. Akibat
komplikasi tindakan aborsi, ia meninggalkan suami dan anaknya yang baru berumur 1 tahun.
Halaman 28 dari Lime 5: Kematian Shary. Pada 15 Januari 1982 di Dallas, Texas, Shary yang berumur
34 tahun melakukan aborsi dengan bantuan seorang dokter (disamarkan sebagai John Roe 368). Saat
tindakan dilakukan, ia mengalami robekan rahim sepanjang 1 inci dan mulai mendapat pendarahan
hebat. Ia meninggal sehari kemudian. Klinik tempat ia melakukan aborsi tercatat sebagai anggota dari
Federasi Aborsi Nasional (National Abortion Federation)
Halaman 34 dari Lime 5: Kematian Magdalena. Pada 8 Desember 1994, Magdalena yang berumur 23
tahun melakukan aborsi yang dibantu seorang dokter (disamarkan sebagai John Roe 209). Saat tindakan
dilakukan, si dokter sadar kalau ia sudah melakukan kesalahan – ia mendapat kesulitan mengeluarkan
janin dari rahim Magdalena, ia pun telah salah mengeluarkan bagian dari bokong Magdalena. Karena
terjadi pendarahan yang hebat, Roe 209 menelepon sebuah rumah sakit dan disarankan untuk
memanggil ambulans untuk membawa si pasien ke rumah sakit. Ada kesenjangan 30 menit antara Roe
209 menelepon rumah sakit dan menelepon ambulans, karena Roe 209 terlebih dahulu melakukan
tindakan aborsi terhadap pasien lain. Saat tiba di rumah sakit, petugas yang menerima Magdalena
melihat ia berbaring dalam kolam darah, tanpa detak jantung. Magdalena tidak sadarkan diri, tidak
memberikan respon dan matanya redup. Saat operasi dilakukan, ditemukan bergumpal-gumpal darah
dalam rahimnya, juga janin perempuan berusia 30 minggu. Magdalena tidak dapat melewati operasinya.
Ia meninggal dengan catatan: “komplikasi dari perlukaan panggul yang terdiri dari koyaknya rahim
bawah, vagina, saluran kemih dan usus besar.”
7
Halaman 36 dari Lime 5: Perlukaan akibat aborsi yang dialami Cheryl. Saat melakukan aborsi, Cheryl
yang berumur 22 tahun mengalami robekan di rahim selebar 3 1/2 inci dan di usus besar selebar 1 inci.
Sehari setelah aborsi, ia dimasukan ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan. Petugas rumah sakit
menemukan kalau kepala bayinya telah dipaksakan keluar lewat saluran kemihnya ke rongga perut. Ia
akhirnya menjalani operasi pengangkatan rahim, pengangkatan sebagian usus besar dan memerlukan 6
unit darah ditambahkan ke dalam tubuhnya.
Buku ‘Lime 5’ ditulis berdasarkan pengumpulan data-data pengadilan, catatan polisi, artikel di surat-surat
kabar, sertifikat kematian, hasil-hasil otopsi, laporan hasil pemeriksaan medis, jurnal-jurnal kedokteran,
serta informasi dari yang bersangkutan. Buku ini benar-benar menguak tanpa sensor sedikit pun tentang
kejahatan industri aborsi di Amerika. Saat Anda membaca Lime 5, Anda juga akan membaca bukti-bukti
yang menunjukkan adanya campur tangan pemerintah Amerika Serikat untuk menutupi fakta-fakta
kejahatan aborsi. Buku ini menunjukkan bagaimana hal ini terjadi, mengapa hal ini dilakukan dan siapasiapa
saja pelakunya.
Lime 5 juga menunjukkan bagaimana organisasi-organisasi yang pro-aborsi menyusun agenda kerja
mereka dengan memberikan dukungan kepada pelaksana aborsi meski mereka mengetahui bahaya
yang mengincar para wanita yang ingin melakukan tindak aborsi. Setelah Anda membaca Lime 5, Anda
akan menyadari betapa sukarnya bagi seorang wanita memperoleh keadilan setelah mengalami cedera
dalam tindakan aborsi.
Penulis : Dosen/peneliti FIP-PLB UPI, praktisi medis, pemerhati masalah remaja. Makalah disajikan
dalam acara Talk Show “Remaja, NAPZA dan seks bebas” di SMA 13 Bandung. (Dikutip dari berbagai
sumber).

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com